MAKASSAR – Sulawesi Selatan butuh pemimpin baru. Bukan pemimpin dinasti. Sosok Nurdin Halid dinilai banyak kalangan menjadi pemimpin baru ideal yang mampu membawa perubahan besar bagi Tanah Anging Mamiri. Hasil survei terbaru lembaga CSIS yang menempatkan NH unggul sekitar 10% di atas paslon lain semakin menguatkan harapan baru.
Dalam Pilkada 2018 di Sulawesi Selatan terdapat beberapa calon kepala daerah yang masuk kategori bagian dari politik dinasti. Namun, yang paling banyak menyedot perhatian ialah soal politik dinasti di level provinsi (Pilgub). Betapa tidak, trah keluarga Limpo berpotensi menggenggam kekuasaan di Sulsel Satu hingga tahun 2038.
Melihat fenomena itu, salah seorang tokoh Bantaeng Sirajuddin Sewang, menilai sosok Nurdin Halid memiliki kemampuan lebih dari cukup untuk mengalahkan Ichsan Yasin Limpo (IYL), adik dari Gubernur Syahrul Yasin Limpo, sekaligus mengakhiri politik dinasti di Sulawesi Selatan.
“Saya menganal Pak Nurdin Halid sejak tahun 1999 di Golkar maupun di koperasi. Jika tidak, Sulsel akan begini-begini saja. Mana perubahan besar dalam 15 tahun terakhir. Yang kelihatan program besar berskala mega proyek, tetapi banyak yang bermasalah. Sementara rakyat di bawah banyak yang susah. Padahal, potensi daerah ini sangat tinggi untuk maju,” ujar Sirajuddin, pengusaha yang juga Wakil Ketua Umum Dekopin dan Ketua Umum Koperasi Perdagangan Indonesia.
Sirajuddin melihat kandidat kuat lainnya, Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah, tak cukup mampu mengalahkan IYL. Di satu sisi, IYL mendapat dukungan total dari kakaknya SYL dan anaknya Bupati Gowa. “Di sisi lain, Pak NA juga memiliki banyak kelemahan dalam membangun Bantaeng. Tidak seindah yang kita dengar dan kit abaca di Koran,” tukas Sirajuddin.
“Saya sangat yakin, jika Pak Nurdin Halid menjadi gubernur, kita akan segera melihat banyak perubahan besar di Sulsel. Ia seorang pemimpin yang komplit. Punya banyak gagasan, punya banyak strategi, piawai melobi, serta matang dan kaya pengalaman. Dan, ingat, ia seorang pebisnis yang punya hitung-hitungan jelas dan terukur kalau mengambil sebuah langkah,” tambah Sirajuddin. Siklus Bisa 38 Tahun Kepemimpinan di Sulawesi Selatan dalam 15 tahun terakhir berada dalam genggaman Syahrul Yasin Limpo (SYL). SYL menjadi wakil gubernur satu periode (2003-2008) dan menjadi gubernur selama dua periode (2008-2013 dan 2013-2018). Kepemimpinan trah Limpo di Sulsel-01 berpotensi langgeng hingga 10 tahun ke depan karena adik SYL, yaitu Ichsan Yasin Limpo (IYL), kini bertarung di Pemilihan Gubernur Sulsel periode 2018-2023.
Kepemimpinan trah Limpo di Gowa bahkan jauh lebih dalam dan fenomenal. Dimulai oleh SYL yang memerintah di Gowa selama dua periode (1994-2004), kepemimpinan Gowa kemudian beralih ke adiknya, IYL, yang juga memerintah selama dua periode (2005-2015). Sungguh fenomenal bahwa tongkat estafet kepemimpinan IYL di Gowa justru kemudian beralih ke anaknya, Adnan Purichta Ichsan, untuk periode 2015-2020. Dengan demikian, Adnan adalah generasi ketiga dinasti politik keluarga Limpo. Dan, Adnan tentu saja berpotensi memimpin Gowa selama dua periode sehingga Gowa pun bakal tiga dekade (30 tahun) dalam genggaman trah Limpo.
Menarik untuk dicermati, dua bersaudara SYL dan IYL sama-sama mengawali langkah dari jabatan Gowa Satu menuju Sulsel Satu. SYL sukses menduduki kursi Sulsel-2 dan 10 tahun Sulsel-1. Kini, IYL siap menjejaki Sang Kakak dari Gowa-1 menuju Sulsel-1.
Hitungan matematis, jika IYL sukses menggantikan SYL di Pilgub 2018 ini, maka ia berpotensi memperpanjang masa kepemimpinan trah Limpo hingga 10 tahun ke depan atau sampai 2028. Dan jika itu terjadi, sangat terbuka kemungkinan keluarga Limpo akan bercokol di kursi Sulsel-1 hingga 2038. Menaga? Sebab, anak IYL yakni Adnan Purichta Ichsan yang kini menjabat bupati Gowa, siap menerima tongkat dari Sang Ayah pada tahun 2028 (asumsinya IYL terpilih dalam Pilgub 2018 dan memimpin Sulsel dua periode 2018-2028).
Hitungan matematis seperti itulah yang menghantui para akademisi, aktivis, politisi, hingga masyarakat luas di Sulsel saat ini. Persoalannya bukan sekadar menolak dinasti politik, tetapi fakta menunjukkan selama SYL memimpin Sulsel 15 tahun maupun IYL memimpin Gowa selama 10 tahun, tidak terlihat perubahan besar.
Kegelisahan itu pula yang mengganggu pikiran pengusaha dan tokoh Bantaeng Sirajuddin Sewang seperti dikemukakan di atas. Kegundahan yang sama meliputi Ahmad, warga Kelurahan Sudiang, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, awal Mei lalu. “Tidak perlulah pemimpin dinasti. Kita butuh pemimpin baru. Kalau dinasti yang berkuasa, Sulsel begini-begini saja, tidak ada perubahan,” ujar Ahmad.
Harapan Sirajuddin dan Ahmad serta jutaan rakyat Sulsel bakal sudah semakin dekat. Hasil survei CSIS (Center for Strategic and International Studies) yang dilakukan sejak 16 hingga 30 April menempatkan pasangan NH-Aziz di urutan pertama dengan 30,6%, unggul jauh dari NA-ASS (21,2%), IYL-Cakka (20,7%), dan Agus-Tanribali (9,9%). Keunggulan hampir 10% itu memperlihatkan betapa besar harapan masyarakat Sulsel akan datangnya pemimpin baru.(Yos)
Alamat: Wisma NH
Jalan Raya Pasar Minggu No. 2 B-C
Pancoran, Jakarta Selatan
✉️ info@thenurdinhalidinstitute.com