PIDATO POLITIK
PARTAI GOLKAR DI JALAN IDEOLOGI
_____________________________________
Rakornis Partai Golkar Indonesia II
Makassar, 29 Oktober 2016
Yang kami hormati dan kami banggakan:
________________________________________________
Pertama-tama, saya menyampaikan selamat datang di Kota Makassar, bumi Anging Mamiri, kepada seluruh pimpinan dan kader Partai Golkar, baik yang datang dari Ibu Kota Jakarta maupun dari 18 propinsi dan DPD II se-Sulawesi Selatan.
Terima kasih Ketua Umum, Bapak Setya Novanto, yang telah menunjuk Kota Makassar sebagai tuan rumah Rakernis Indonesia II. Penunjukan dan penetapan Kota Makassar sebagai tuan rumah Rakernis Indonesia II merupakan kebanggaan bagi para kader se-Sulawesi Selatan karena hal itu adalah sebuah pengakuan bahwa Kota Makassar adalah kota terbesar dan siap menjadi pilar Poros Maritim Dunia untuk Indonesia bagian Timur.
Bapak/Ibu, para hadirin yang saya muliakan,
Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Indonesia II yang akan dibuka secara resmi oleh Ketua Umum malam ini, memiliki nilai strategis bagi perjuangan Partai Golkar di empat arena ‘pertarungan politik’ sekaligus, yaitu Pilkada serentak 2017 dan 2018 serta Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2019. Target kita di empat event politik itu cukup tinggi, yaitu:
Melalui Rakernis ini, kita semua memiliki harapan yang satu dan sama, yaitu:
Karena itu, besar harapan kami, Rakernis ini berlangsung dalam proses bermutu, melalui diskusi, debat, yang konstruktif dan produktif dalam suasana demokrasi khas Indonesia, yaitu penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan.Saya percaya, melalui Rakernis yang berproses secara bermutu itulah, konsolidasi Partai Golkar terwujut dengan sendirinya.
Dalam kaitan dengan Rakernis yang sangat penting itu, pada kesempatan ini saya merasa perlu menyampaikan beberapa aspek penting dari perjuangan kita para kader Partai Golkar sebagai referensi, motivasi, dan mungkin juga sebagai inspirasi selama Rakenis maupun ketika kita kembali ke medan perjuangan.
Bapak Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina, Para Kader Partai Golkar yang berbahagia,
Apa yang kita saksikan dan kita rasakan malam ini, seperti juga pada Rakernis Indonesia II yang lalu, merupakan ‘buah manis’ dari peristiwa bernilai sejarah yang dilalui Partai Golkar di tahun 2016 ini. Yakni, Munaslub dan Rapimnas Partai Golkar 2016 di Bali dan Jakarta yang merupakan dua tonggak baru dalam sejarah panjang Partai Golkar yang penuh dinamika. Kedua peristiwa bersejarah itu memiliki arti penting dan bermakna strategis bagi Partai Golkar di ‘Jalan Ideologi’ menuju masa depan yang gilang-gemilang.
Pertama, bahwa lewat Munaslub yang diikuti Rapimnas 2016, Golkar sukses mengakhiri perseteruan dan dualisme munaslub dan kepengurusan yang telah menerpa Partai Beringin dalam 1,5 tahun. Setelah melewati berbagai drama pergumulan yang rumit, tajam, dan cenderung keras, para kader Partai Golkar sendirilah yang mengakhirinya dengan manis (happy ending) melalui arena Munaslub dan Rapimnas yang demokratis, terbuka, rekonsiliatif, konstitusional, demokratis, berkeadilan, bersih,lancar,dansukses.
Politik adalah perang tanpa pertumpahan darah, begitu kata Mao Zedong.Dan, itulah yang membanggakan bagi seluruh kader dan simpatisan Partai Golkar, bahwa perseteruan keras selama satu setengah tahun itu berlangsung dalam nilai-nilai demokrasi yang kental.Hal itu menunjukkan bahwa Partai Golkar semakin matang dan piawai mengelola konflik di usianya yang menginjak setengah abad.Semuanya berakhir dramatis melalui Munaslub dan Rapimnas yang mendamaikan semua pihak yang ‘berseteru.’ Proses rekonsiliasi menyeluruh berlangsung sangat cepat. Pohon beringin tetap kokoh berdiri.
Ada Arti penting dan makna strategis yang perlu kita cermati bersama ialah bahwa keputusan Partai Golkar dalam Munas yang diperkuat di Rapimnas lalu, untuk mendukung pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla, adalah sebuah PENEGASAN jatidiri Partai Golkar: bahwa Partai Golkar lahir untuk berkarya nyata bagi rakyat dan negara bangsa di bawah naungan falsafah dan ideologi Pancasila dan Konstitusi UUD 1945 sebagai sistem dan patokan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Lebih dari itu, keputusan Partai Golkar mengusung Jokowi sebagai calon Presiden RI pada Pilpres 2019 adalah ‘JALAN IDEOLOGI’ Partai Golkar dalam mewujutkan Visi Negara Kesejahteraan 20145. Sebuah PENEGASAN Ideologi yang memandang Jokowi sebagai seorang ideolog sekaligus eksekutor ulung ideologi Pancasila dan UUD 1945.
Konkritnya, Visi Besar Nawacita yang diusung dan diperjuangkan JokowiSENAFAS dan SEJALAN dengan Visi Besar Partai Golkar tentang Negara Kesejahteraan 2045. Jika dicermati sungguh-sungguh, baik Visi Nawacita maupun Visi Negara Kesejahteraan, sama-sama merupakan produk turunan langsung dari ideologi dan dasar Negara Pancasila dan Konstitusi UUD 1945.
Sebagai ideolog, dalam banyak kesempatan, Jokowi selalu menegaskan soal ‘Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia’, soal Ekonomi Pancasila, soal semangat Gotong-Royong. Pada saat debat Capres 2014, sebuah pernyataan tegas meluncur dari Jokowi: “Saya hanya tunduk pada KEHENDAK RAKYAT dan KONTITUSI.”
Faktanya memang demikian. Jokowi bukan orator ulung yang piawai beretorika tentang rakyat, Pancasila, Konstitusi. Ia berpikir sederhana, bertutur sederhana, dan bertindak sederhana. Namun di balik sosoknya yang serba sederhana, Jokowi adalah implementator sekaligus eksekutor ulung nilai-nilai dalam Pancasila dan UUD 1945 yang diimpikan dan dicintai rakyatnya.
Setelah 71 tahun kita hidup dalam alam Kemerdekaan, Jokowi muncul sebagai simbol pemimpin dan ‘Presiden Rakyat’ sejati. Di tengah kompleksitas persoalan negara bangsa ini, Jokowi adalah sosok presiden ideal NKRI masa kini: ideologinya yang kental, ia sipil tapi tegas dan berani ambil risiko, membawa paradigma baru membangun negeri melalui konsep membangun Indonesia dari pinggir, memiliki strategi dan cara kerja baru yang efektif, ia pekerja keras yang berorientasi pada hasil, dan sangat merakyat.
Sepintas tampak jelas Jokowi setiap hari hanya memikirkan dan berkerja untuk rakyat, bangsa, dan negaranya. Ia seakan tak pernah berpikir soal keluarga dan kelompoknya. Ia berani mengambil risiko atas semua kebijakan dan keputusannya seperti amnesti pajak, penenggelam kapal pencuri ikan, eksekusi mati bandar narkoba. Jokowi memang seorang negarawan sejati, seperti kata jenderal dan penulis Prancis, Charles de Gaulle : “Negarawan sejati adalah orang yang sudi mengambil risiko dalam tindakan dan keputusannya.”
Apakah dengan mengemukakan semua itu, kita sedang mengkultuskan seorang Jokowi? TIDAK! Dalam kondisi carut-marut beragam persoalan dalam negeri dan di tengah kelesuan ekonomi global yang tak kunjung berakhir, hampir semua lembaga survei ternama di negeri ini menyajikan data: sekitar 74 persen warga Indonesia percaya Jokowi telah telah memimpin Indonesia ke arah yang benar, dan yakin Jokowiakan membuat Indonesia ke depan menjadi lebih baik dari sekarang. Lalu, sekitar 65% rakyat Indonesia menyatakan puas dengan kepemimpinan Jokowi bersama Jusuf Kalla.
Secara sosio-historis, Mendukung pemerintahan Jokowi-JK adalah cerminan jatidiri ‘KARYA-KEKARYAAN’ Partai Golkar. Bahwa sejak kelahirannya 52 tahun silam, jiwa dan spirit Partai Golkar ialah BERKARYA bersama pemerintah.Maka, sesuai jatidiri karya-kekaryaan, keputusan mendukung pemerintahan Jokowi adalah pilihan yang tepat, rasional, dan realistis.
Dalam perspektif jangka panjang, keputusan Partai Golkar mengusung Jokowi dalam Pemilihan Presiden tahun 2019 berdasarkan pertimbangan ideologis yang matang dan kalkulasi politik praktis yang cermat dan rasional.
Di satu sisi, Jokowi adalah sosok pemimpin nasional yang ideal bagi NKRI untuk mewujutkan Visi Negara Kesejahteraan 2045 yang diusung Partai Golkar. Pada saat yang sama, Partai Golkar berpandangan dan bersikap rasional realitis bahwa untuk Pilpres 2019 mendatang, belum ada kader Partai Golkar yang mampu menandingi ketokohan Jokowi sebagai simbol pemimpin rakyat sejati masa kini. Dari berbagai diskusi internal, Partai Golkar menyimpulkan bahwa belum ada kader yang mampu menandingi popularitas dan tingkat elektabilitas Jokowi lima tahun ke depan.
Beberapa dekade lalu, komunikasi politik sangat mengandalkan kerja mesin partai untuk meraih dukungan rakyat. Satu dekade kemudian, ketokohan dan karisma seorang pemimpin diyakini sebagai kekuatan utama menarik konstituen. Dalam satu dekade terakhir, karakter menjadi kata kunci seorang calon pemimpin dipilih rakyat. Bukan uang, bukan pula karisma. Tapi, ‘karakter’ atau ‘nilai’…. The Man of Value’ atau‘Orang Bernilai’ … Dan di situ, kita belajar banyak dari Jokowi sebagai The Man of Value.
Bapa/Ibu, para kader Partai Golkar yang saya banggakan…
Setiap perubahan selalu diawali dan digerakkan oleh The Man of Value, orang yang senantiasa menghadirkan dan memperjuangkan nilai-nilai. The Man of Value adalah juga Agent of Change… Agen Perubahan …
Partai Golkar meyakini, Jokowi adalah The Man of Value yang mampu membawa perubahan demi perubahan bagi Indonesia hari ini dan di masa depan. Kita para kader Golkar pun selalu dipanggil untuk menjadi The Man of Value … Agen Perubahan … di mana pun kita mengabdi.
Mengutip Jhon F Kennedy, saya mengajak kita semua para kader Partai Golkar:“Jangan tanyakan apa yang Partai Golkar berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada Partai Golkar.”
Kata orang bijak:
Tidak ada orang baik yang tidak punya masa lalu… dan tidak ada orang jahat yang tidak punya masa depan…
Setiap orang punya kesempatan yang sama untuk berbuat baik, atau pun berubah menjadi lebih baik… Karena seseorang yang hampir membunuh Rasul pun kini berbaring di sebelah makam beliau: Umar bin Khattab.
Jangan memandang seseorang dari status dan hartanya, karena sepatu emas firaun berada di neraka, sedangkan sandal jepit bilal bin rabah terdengar di Syurga…
Karena itu, jangan memendang remeh seseorang karena masa lalu dan lingkungannya… karena bunga teratai tetap mekar cantik meski tinggal di air kotor.
Tanamkan tekad kuat untuk menjadi hebat. Jika kau mau, kau bisa menjadi laksana bunga teratai yang tinggal di air kotor, namun tetap mekar mengharumkan.
Kata Michael Stanford: Esensi sejarah adalah perubahan. Jadi, berubah dan bangkit jauh lebih indah dan bernilai daripada diam dan hanya bermimpi tanpa melakukan tindakan apa pun..
Bagi para calon kepala daerah di Pilkada 2017, saya mengucapkan selamat berjuang menjadi ‘Orang Bernilai’ dan ‘Agen Perubahan’ di arena Pilkada 2017 mendatang. Kemenangan Saudara adalah kemenangan dan kejayaan partai Golkar.
Ingatlah selalu bahwa mahkota perjuangan adalah kemenangan dan kejayaan.Selamat berjuang Saudara-saudaraku…
Golkar Bangkit! Golkar Jaya! Golkar Menang!
Golkar Menang, Pancasila Jaya! Golkar Menang, Rakyat Senang!
Jakarta, 29 Oktober 2016
H.A.M Nurdin Halid
Alamat: Wisma NH
Jalan Raya Pasar Minggu No. 2 B-C
Pancoran, Jakarta Selatan
✉️ info@thenurdinhalidinstitute.com