JAKARTA – Tim tenis Indonesia gagal menyabet gelar juara Singapura Tennis Invitational Cup 2025 atau ASEAN Quadrangular Tennis Tournament 2025. Diwarnai ‘kecurangan’ dan protes kubu Indonesia, tuan rumah Singapura menjadi kampiun usai mengalahkan Tim Merah Putih dengan skor 3-2 dalam laga final yang digelar di Kallang Tennis Hub, Singapura, Sabtu (1/2/2025).
Kiri-Kanan: Pelatih Andrian Raturandang bersama pemain Timnas di sela-sela Singapura Tennis Invitational Cup 2025 dan Ketua Umum Pelti Nurdin Halid (kanan).
Kemenangan Singapura merupakan revans atas kekalahan mereka dari Indonesia di babak grup. Saat itu, tim asuhan Andrian Raturandang menang dengan skor serupa: 3-2.
“Kali ini, di final kita kalah 2-3. Faktor di partai double saja kita tidak beruntung. Dalam pertemuan pertama, mereka yang tidak dapat luck-nya,” ungkap Pelatih Andrian Raturandang lewat keterangan tertulis dari Singapura, Sabtu (1/2/2025).
Tim ASEAN Quadrangular diperkuat oleh Kholisa Siti Maisaroh, Cylova Zuleyka Hukmasabiyya, Anjali Kirana Junarto, Mischka Goenadi, Aldito Ramadhan Dwi Kurniawan Mazza hadaduzzikra, dan Tegar Abdi Satrio Wibowo, dengan pelatih Andrian Raturandang.
Namun di balik kegagalan itu, Andrian menyimpan cerita ‘kecurangan’ tim tuan rumah. Saat memasukkan nama pemain menjelang laga, Andrian mengajukan protes karena Singapura memasukkan nama pemain yang merangkap tunggal dan ganda. Padahal, sesuai ketentuan dalam technical meeting, hal itu dilarang.
Double putri Cylova/Anjali (kanan).
Double putra Mazza/Aldhito (kanan).
“Sebenarnya ada yang saya protes di awal saat masukin nama. Karena ada pemain Singapura yang merangkap. Saya mengajukan protes karena dalam technical meeting pemain tidak boleh merangkap,” cerita Andrian.
Protes Andrian ditolak. Alasan penyelenggara, ada pemain Singapura yang cidera.
“Saya bilang, dalam technical meeting, juga tidak disebutkan kalau ada yang cidera boleh diganti. Jadi, saya protes sesuai aturan main yang diputuskan dalam technical meeting. Itu saja,” ujar Andrian.
Andrian mengingatkan penyelenggara agar sama-sama menghormati aturan main yang sudah ditetapkan dalam technical meeting. Jangan sampai menginjak aturan main hanya untuk meraih kemenangan.
“Saya bilang, protes saya untuk menegakkan aturan main. Ditolak tidak masalah bagi saya. Hanya saya bilang ke mereka, jangan begitu caranya. Mereka bilang ok dan dijadikan input untuk next time,” cerita Andrian lagi.
Single putri Indonesia Kholisa (kanan)
Tidak Mundur, Hadapi Dengan Ksatria!
Andrian akhirnya pasrah. Protesnya ditolak. Ia pun menerima keputusan penyelenggara dengan tegar. Ia juga menyemangati para pemain untuk terpengaruh keputusan penyelenggara.
“Protes saya ditolak, tapi saya hadapi. Dan, saya bilang sama anak-anak jangan mundur! Harus kita hadapi dengan ksatria. Apalagi, ini invitasi. Jadi, kita harus menghargai tuan rumah, apapun keputusannya,” kata Andrian.
Laga final yang ‘cacat’ itu akhirnya dimenangkan oleh tuan rumah Singapura dengan skor akhir 2-3. Andrian mengaku memilki beberapa catatan tentang tindakan tidak fairplay yang dilakukan tim tuan rumah. Bukan hanya soal pemain yang merangkap.
“Banyak cara yang dilakukan tim tuan rumah untuk menang. Tapi, bagi saya, semua itu bukan alasan untuk tidak mengakui kekalahan,” ucap Andrian.
Usai pertandingan, Andrian pun menyemangati para pemain.
“Terakhir, saya bilang sama anak-anak: kalian harus berdiri dengan kepala tegak. Jangan kecewa karena ini pengalaman berharga buat kalian. Kalian masih yunior, jangan pernah patah semangat.
Pujian Nurdin Halid
Ketua Umum Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (Pelti) Prof. DR. Drs. H.A.M Nurdin Halid memuji sikap berani protes dan jiwa fairplay yang ditunjukkan Pelatih Andrian Raturandang. Nurdin percaya, keberanian Andrian melayangkan protes keras karena didasari argumentasi yang kuat dan faktual.
“Itu sudah benar. Andrian melakukan protes karena ada yang tidak sesuai hasil technical meeting,” kata Nurdin Halid.
Prof. DR. Drs. H.A.M Nurdin Halid, ketua umum Pelti 2024-2028, saat menyambut Timnas Tenis U12 yang berhasil merebut gelar juara Piala Asia U12 di Stadion Tenis GBK Senayan, Selasa (24/9/2024).
Lebih dari itu, menurut Nurdin Halid, sikap protes keras yang dilayangkan Andrian sebagai ekspresi seorang olahragawan sejati yang menjunjung tinggi asas fairplay. Di mata Nurdin Halid, protes itu menunjukkan spontanitas Andrian yang terpanggil untuk menegakkan aturan main yang sudah ditetapkan.
“Fairplay itu ‘roh’ yang menghidupkan olahraga selama berabad-abad. Sebagai seorang olahragawan sejati, Andrian tentu tidak bisa menerima begitu saja perlakukan tidak fair. Perlakuan tidak fair itu bisa datang dari lawan main, wasit, hingga panitia penyelenggara,” ujar Nurdin Halid.
Bukan hanya itu, Nurdin Halid juga mengapresiasi sikap ksatria yang ditunjukkan oleh Andrian maupun para pemain. Meski protesnya ditolak, Andrian tetap tenang. Ia mengajak para pemain untuk menerima keputusan penyelenggara dan dengan jiwa ksatria melanjutkan pertandingan.
“Saya juga mengapresiasi sikap ksatria Andrian dan seluruh pemain. Mereka tidak mundur dan tetap bertanding. Itu adalah salah satu prinsip dasar dalam olahraga yaitu menjaga persahabatan,” ucap Nurdin Halid.
Editor: Yosef Tor Tulis
*****
Alamat: Wisma NH
Jalan Raya Pasar Minggu No. 2 B-C
Pancoran, Jakarta Selatan
✉️ info@thenurdinhalidinstitute.com